Jumat, 14 November 2008

Dampak Onsite dan Offsite dari Erosi Tanah

Dampak Erosi
Dampak erosi tanah di tapak (on-site) merupakan dampak yang dapat terlihat langsung kepada pengelola lahan yaitu berupa penurunan produktivitas. Hal ini berdampak pada kehilangan produksi, peningkatan penggunaan pupuk dan kehilangan lapisan olah tanah yang akhirnya mengakibatkan timbulnya tanah kritis.
Dampak erosi tanah di luar lahan pertanian (off site) merupakan dampak yang sangat besar pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang terbawa bersama sedimen dapat menimbulkan kerugian dan biaya yang sangat besar dalam kehidupan.
Bentuk dampak off site antara lain adalah :
(i) pelumpuran dan pendangkalan waduk;
(ii) tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan;
(iii) memburuknya kualitas air dan
(iv) kerugian ekosistem perairan (Arsyad, 1989).
Pembangunan pertanian dengan intensifikasi pertanian menyebabkan terjadinya peningkatan pencemaran lingkungan akibat pemakaian pupuk dan pestisida yang cukup besar. Bahan pupuk dan pestisida ini tidak diam di dalam tanah atau seluruhnya diangkut tanaman melainkan ada yang larut di dalam aliran permukaan. Bahan ini menjadi sumber polusi setelah memasuki badan air dan dikenal dengan non-point source pollution (NPSP).
Dampak non-point source pollution ini dapat dikategorikan dalam dua bagian yaitu
(i) dampak yang terjadi pada badan air (instream impact) dan
(ii) dampak di luar badan air (off stream impact)
Partikel-partikel tanah yang terangkut dalam proses erosi dapat menimbulkan sejumlah dampak di antara waktu ketika mereka meninggalkan lahan hingga ke tempat pengendapannya yang permanen (Clark II, Haverkamp & Chapman, 1985).
Banyak dampak yang terjadi dapat diamati pada badan-badan air yang ada seperti sungai, danau, atau waduk; sehingga dampak yang ditimbulkan disebut dampak instream.
Sedangkan dampak yang lain dapat terjadi sebelum partikel-partikel tanah tersebut mencapai badan-badan air atau sesudahnya seperti dijumpai pada kejadian banjir, penggunaan air untuk kebutuhan domestik, irigasi, atau yang lain; sehingga dampak yang ditimbulkan disebut sebagai dampak off-stream.

Erosi

A. Pengertian Erosi
Menurut istilah ilmu geologi erosi adalah suatu perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme hidup. Angin yanng berhembus kencang terus-menerus dapat mengikis batuan di dinding-dinding lembah. Air yang mengalir terus-menerus selama jutaan tahun dapat menggerusbatuan di sekitar seperti yang terjadi pada Grand Canyon di Amerika. Demikian pula erosi akibat es yang disebut dengan glacier yang dapat meretakkan batuan jika celah-celah batuan yang terisi dengan air yang membeku
Berkaitan dengan hal ini, maka ada istilah erosi normal dan erosi dipercepat.
1. Erosi Normal (normal erosion)
Adalah erosi yang terjadi secara alami bergantung pada faktor-faktor geologi yang mempengaruhinya. Erosi tersebut berlangsung normal dilapangan tanpa adanya campur tangan manusia. Keberlangsungan erosi ini melalui tiga tahap yaitu: Pertama, agregat-agregat tanah mengalami pemecahan sehingga membentuk butiran-butiran tanah yang relatif kecil dibanding sebelumnya. Kedua, terjadi pemindahan partikel tanah yang lebih kecil tadi melalui penghanyutan dan atau karena kekuatan angin. Ketiga, setelah hanyut terbawa air atau angin maka partikel tanah tersebut diendapkan pada tempat yang lebih rendah ataupun didasar sungai.
Erosi karena alam (normal) biasanya tidak banyak berdampak buruk bagi kehidupan manusia juga kesembangan alam. Kemungkinan apabila terjadi intensitasnya kecil saja, karena partikel yang terangkut seimbang dengan banyaknya jumlah tanah yang terbentuk pada daerah yang lebih rendah itu.
2. Erosi Dipercepat (accelerated erosion)
Didalam proses erosi ini dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang melakukan tindakan terhadap kondisi tanah. Tindakan tersebut bersifat negatif atau telah melakukan kesalahan dalam pengelolaan tanah pertaniannya. Oleh karena itu manusia dalam hal ini berperan membantu terjadinya erosi secara cepat. Biasanya erosi ini menimbulkan ketidakseimbangan antara tanah yang terangkut ke daerah yang rendah dengan pembentukan tanah. Tanah yang terpindahkan jauh lebih besar jumlahnya daripada tanah yang baru terbentuk, sehingga akan membawa malapetaka yang karena memang lingkungannya telah mengalami kerusakan-kerusakan, menimbulkan kerugian besar seperti banjir, longsor, kekeringan, ataupun turunnya produktifitas tanah. Untuk itu perlu adanya penanggulangan dari kita sendiri maupun dari pemerintah dengan cara penanaman pohon pelindung dalam upaya reboisasi, sehingga selanjutnya tinggal lapisan bawah tanah (sub soil) yang belum matang itu.
Pada lingkungan DAS, laju erosi dikendalikan oleh kecepatan aliran air dan sifat sedimen (terutama ukuran butirnya). Stres yang bekerja pada permukaan tanah atau dasar perairan sebanding dengan kecepatan aliran. Resistensi tanah atau sedimen untuk bergerak sebanding dengan ukuran butirnya. Gaya pembangkit eksternal yang menimbulkan erosi adalah curah hujan dan aliran air pada lereng DAS. Curah hujan yang tinggi dan lereng DAS yang miring merupakan faktor utama yang membangkitkan erosi. Pertahanan DAS terhadap erosi tergantung utamanya pada tutupan lahan. Penguatan pertahanan terhadap erosi dapat pula dilakukan dengan upaya-upaya kerekayasaan.
Erosi yang terjadi pada setiap wilayah akan berbeda beda tergantung dari kondisi iklim dan faktor lain yang akan dijelaskan pada bahasan selanjutnya. Indonesia tergolong daerah yang beriklim tropis lembab, sehingga erosi yang terjadi disebabkan karena penghanyutan oleh air. Ini berdasarkan data rata-rata curah hujan di Indonesia yang melebihi 1500mm/tahun. Sedangkan pada daerah yang beriklim tropis kering agen utama yang mempengaruhi erosi adalah angin. Untuk Indonesia sendiri, akibat dari erosi banyak terjadi diberbagai daerah dengan macam-macam bentuknya.

B. Bentuk - Bentuk Erosi
Bentuk-bentuk erosi ini merujuk pada erosi yang terjadi secara accelerated. Seperti pada bagian awal, erosi semacam ini banyak dipengaruhi oleh iklim dan faktor manusia. Kartasapoetra dalam bukunya “Tekhnologi Konservasi Tanah dan Air menyebutkan bentuk-bentuk erosinya adalah:
1. Sheet Erosion (erosi lembaran)
Adalah erosi dalam bentuk lembaran-lembaran pada permukaan tanah. Tejadi pengangkatan dan pemindahan tanah demikian merata pada bagian permukaan tanah.
2. Rill Erosion (erosi alur)
Daya aliran air dengan mudah terus akan melakukan pengikisan kebagian bawahnya, dengan demikian pengikisan terus merambat kebagian bawahnya lagi dan terbentuklah alur-alur pada permukaan tanah dari atas memanjang kebawah, alur ini adalah dangkal.
3. Gully Erosion (erosi parit)
Erosi parit sangat erat hubungannya dengan erosi alur, karena memang erosi parit melanjutkan aktivitas daya pengikisan partikel tanah pada alur-alur yang sudah terbentuk. Penggunaan intensif jalan setapak dihutan dapat menyebabkan pemadatan tanah, peningkatan aliran pemukaan, dan kemudian pembentukan parit-parit erosi (Laurence & Peter,1988:16)
4. Stream Bank Erosion (erosi tebing sungai)
Umumnya terjadi pada sungai sungai yang berbelok-belok tergantung dari derasnya arus sungai. Sungai yang lurus jarang sekali menimbulkan erosi tebing.

C. Jenis Jenis Erosi
Erosi ada beberapa macam menurut proses terjadinya yaitu:
1. Erosi Akibat gaya Berat
Batuan atau sedimen yang bergerak terhadap kemiringannya merupakan proses erosi yang disebabkan oleh gaya berat massa. Ketika massa bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah maka terjadilah apa yang disebut dengan pembuangan massas. Dalam proses terjadinya erosi, pembuangan massa memiliki peranan penting karena arus air dapat memindahkan material ke tempat-tempat yang jauh lebih rendah. Proses pembungan massa terjadi terus menerus baik secara perlahan maupun secara tiba-tiba sehingga dapat menimbulkan becana tanah longsor.
Lereng pegunungan yang terjal dan mengandung tanah liat di sekitar daerah yang sudah retak-retak akan sangat rentan terhadap erosi akibat gaya berat.Erosi ini akan berlangsung sangat cepat sehingga dapat menimbulkan becana longsor.
2. Erosi oleh Angin
Hembusan angin kencang yang terus menerus di daerah yang tandus dapat memindahkan partikel-partikel halus batuan di daerah tersebut membentuk suatu formasi, misalnya bukit-bukit pasir di gurun atau pantai.
Efek lain dari angin adalah jika partikel keras yang terbawa dan bertumbukan dengan benda padat lainnya sehingga menimbulkan erosi yang disebut dengan abrasi. Pada gambar 6 dapat dilihat contoh erosi oleh angin yang menyebabkan terjadinya bukit pasir di namibia, Afrika.
3. Erosi oleh Air
Jika tingkat curah hujan berlebihan sedemikian rupa sehingga tanah tidak dapat menyerap air hujan maka terjadilah genangan air yang mengalir kencang. Aliran air ini sering menyebabkan terjadinya erosi yang parah karena dapat mengikis lapisan permukaan tanah yang dilewatinya, terutama pada tanah yang gundul.
Pada dasarnya air merupakan faktor utama penyebab erosi seperti aliran sungai yang deras. Makin cepat air yang mengalir makin cepat benda yang dapat terkikis. Pasir halus dapat bergerak dengan kecepatan 13,5 km perjam yang merupakan kecepatan erosi yang kritis. Air sungai dapat mengikis tepi sungai dengan tiga cara: pertama gaya hidrolik yang dapat memindahkan lapisan sedimen, kedua air dapat mengikis sedimen dengan menghilangkan dan melarutkan ion dan yang ketiga pertikel dalam air membentur batuan dasar dan mengikisnya. Air juga dapat mengikis pada tiga tempat yaitu sisi sungai, dasar sungai dan lereng atas sungai.
Erosi juga dapat terjadi akibat air laut. Arus dan gelombang laut termasuk pasang surut laut merupakan faktor penyebab terjadinya erosi di pinggiran laut atau pantai. Karena tenaga arus dan gelombang merupakan kekuatan yang dapat memindahkan batuan atau sedimen pantai.
4. Erosi oleh Es
Erosi ini terjadi akibat perpindahan partikel-partikel batuan karena aliran es yang terjadi di pinggiran sungai. Sebenarnya es yang bergerak lebih besar tenaganya dibandingkan dengan air. Misalnya glacier yang terjadi di daerah dingin dimana air masuk ke pori-pori batuan dan kemudian air membeku menjadi es pada malam hari sehingga batuan menjadi retak dan pecah, karena sifat es yang mengembang dalam pori-pori.

D. Erosi Permukaan
Erosi permukaan (surficial erosion) merupakan proses pelepasan dan pengangkutan partikel tanah secara individu oleh akibat hujan, anggin, atau es. Akibat tetesan air hujan secara terus menerus dipermukaan tanah, tanah menjadi terlepas dari kesatuannya. Erosi tanah merupakan proses tercabutnya dan pemindahan partikel oleh hal-hal tersebut. Erosi berawal ari seretan dan benturan, atau gaya-gaya tarikan yang bekerja pada partikel individu tanah dipermukaan .
Setiap permasalahan sudah tentu memiliki penyebab, begitu pula dengan erosi. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya erosi diantaranya adalah:
1. Iklim
Iklim dapat mempengaruhi erosi oleh karena menentukan indeks erosifitas hujan. Selain itu, komponen iklim yaitu curah hujan dapat mempengaruhi laju erosifitas secara terus menerus sesuai intensitas hujan yang terjadi.
2. Tanah
Sedang tanah dengan sifat-sifatnya itu dapat menentukan besar kecilnya laju pengikisan (erosi) dan dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi atau ketahanan tanah terhadap adanya erosi).
3. Topografi
Kemampuan tanah terbawa air erosi dipengaruhi oleh topografi suatu wilayah. Kondisi wilayah yang dapat menghanyutkan tanah sebagai sedimen erosi secara cepat adalah wilayah yang memiliki kemiringan lereng yang cukup besar. Sedangkan pada wilayah yang landai akan kurang intensif laju erosifitasnya, karena lebih cenderung untuk terjadi penggenangan.
4. Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah (vegetasi) berperan untuk menjaga agar tanah lebih aman dari percikan-percikan yang terjadi akibat jatuhnya air hujan ke permukaan tanah. Selain melindungi dari timpaan titik-titik hujan, vegetasi juga berfungsi untuk memperbaiki susunan tanah dengan bantuan akar-akar yang menyebar.
5. Manusia
Manusia dapat berperan sebagai penyebab cepatnya laju erosi maupun menekan laju erosi. Dalam proses mempercepat erosi, manusia banyak melakukan kesalahan dalam pengelolaan lingkungan, seperti penambangan, eksploitasi hutan, pengerukan tanah, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam penanggulangan laju erosi, manusia dapat melakukan evaluasi konservasi lahan dengan cara reboisasi, pembuatan terasering pada areal pertanian,dan lain-lain.

Proses erosi oleh air hujan dapat dikelompokkan menjadi 5 macam, yaitu :
Erosi percikan ( splash erosion )
Erosi percikan ( splash erosion ) adalah erosi hasil dari percikan/benturan air hujan secara langsung pada partikel tanah dalam keadaan basah. Besarnya curah hujan, intensitas, dan distribusi hujan menentukan kekuatan penyebaran hujan ke permukaan tanah, kecepatan aliran permukaan serta kerusakan erosi yang ditimbulkannya.
Erosi lembaran ( sheet erosion )
Yang dimaksud dengan erosi lembaran ( sheet erosion ) adalah erosi akibat terlepasnya tanah dari lereng dengan tebal lapisan yang tipis. Erosi tidak tampak oleh mata, karena secara umum hanya kecil saja yang terjadi perubahan bentuk permukaan tanah. Pengangkutan atau pemindahan tanah terjadi merata pada seluruh permukaan tanah. Setelah erosi makin bertambah, baru terliahat adanya permukaan lahan yang kering tanpa adamya tumbuh-tumbuhan yang berarti.
Erosi alur ( rill erosion )
Erosi alur ( rills erosion ) adalah erosi akibat pengikisan tanah oleh aliran air yang membentuk parit atau saluran kecil, dimana pada bagian tersebut telah terjadi konsentrasi aliran air hujan di permukaan tanah. Aliran ini menyebabkan pengikisan tanah, lama kelamaan membentuk alur-alur dangkalpada permukaan tanah yang arahnya dari atas memenjang ke atas.
Erosi alur lebih sering daripada erosi lembaran, sebab kecepatan aliran limpasan lebih tinggi dari alur atau parit. Erosi alur ini benyak terjadi bila manusia melakukan pengolahan tanah dan melakuakan penanaman yang searah dengan kemiringan lahan. Untuk mengurangi erosi alur maka dapat dilakukan dengan mengolah tanah dan cara penanaman yang sejajar garis kontur atau menyilang arah kemiringan.
Erosi parit ( gully erosion )
Erosi parit ( gully erosion ) adalah kelanjutan dari erosi alur, yaitu terjadi bila alur – alur menjadi semakin lebar dan dalam yang membentuk parit dengan kedalaman yang dapat mencapai 1 – 2,5 m atau lebih. Parit ini membawa air pada saat dan segera setelah hujan, dan tidak seperti alur, parit tidak dapat lenyap oleh pengolahan tanah secara normal. Parit – parit cenderung terbentuk menyerupai huruf V dan U, dimana aliran limpasan dengan volume besar terkonsentrasi dan mengalir ke bawah lereng terjal pada tanah yang mudah tererosi. Bila tanah tahan terhadap erosi, maka alurnya berbentuk V, bila tidak tahan erosi ( tanah – tanah tak berkohesi ) berbentuk U.
Erosi parit tidak selalu terbentuk dari erosi alur, contohnya akibat penebangan pohon secara liar, pembakaran dan semacamnya mengakibatkan daya tampung air pada daerah tersebut terlampaui, sehingga air mengalir dalam jumlah besar dari daerah tampungan tersebut menuju ke bawah lereng yang permukaannya tidak tahan terhadap erosi. Contoh lainnya adalah pada bagian outlet drainase ( box culvert ) yang tidak dilindungi pasangan batu/beton sering terbentuk erosi – erosi parit.
Erosi sungai/saluran ( stream/channel erosion )
Erosi sungai atau saluran merupakan erosi yang terjadi akibat dari terkikisnya permukaan tanggul sungai dan gerusan sediment di sepanjang dasar saluran. Erosi semacam ini dipengaruhi oleh variabel hidrologi/hidrolik yang mempengaruhi sistem sungai.

E. Gerakan Massa
Ada perbedaan antara erosi permukaan dan gerakan massa yang umunya disebut longsoran. Gerakan massa (Mass movement) merupakan gerakan massa tanah yang besar di sepanjang bidang longsor kritisnya. Gerakan massa tanah ini merupakan gerakan ke arah bawah material pembentuk lereng, yang dapat berupa tanah, batu, timbunaan buatan ata campuran dari material lain. Istilah erosi massa lebih dikenal dengan tanah longsor. Tidak seperti erosi tanah, gerakan massa meliputi: longsoran, jatuhan, robohan atau sebaran dari material yang dalam jumlah besar kadang-kadang berupa massa yang relatife utuh. Longsoran adalah gerakan lereng yang relative lambat, dimana suatu bidang geser terjadi disepanjang permukaan tertentu atau gabungan beberapa permukaan runtuh di dalam massa tanah (varnes, 1978).

F. Sifat-sifat Tanah yang mempengaruhi Erosi.
Berbagai macam jenis tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda. Kepekaan erosi tanahbergantung pada interaksi sifat-sifat fisik dan kimia tanah.
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan terhadap erosi, adalah:
1. Sifat-sfat tanah yang mempengaruhi kecepatan infiltrasi, permeabilitas dan kapasitas menahan air
2. sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap disperse dan pengikisan oleh jatuhnya air hujan dan aliran permukaan.
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah:
1. Tekstur
Tekstur adalah proporsi kelompok ukuran butir-butir tanah. Tanah berbutir kasar, seperti pasir, pasir berkerikil mempunyai permeabilitsa dan kapasitas infiltrasi tinggi. Tanah pasir halus juga mempunyai kapasitas infiltrasi cukup tinggi, tetpi jika terjdi aliran permukaan, maka butir-butir halus akan mudah terangkut. Tanah-tanah yng mengandung lempung dalam jumlah tinggi dapat tersuspensi oleh butiran hujan yang menimpanya, dan pori-pori tanah permukaan akan tersumbat oleh butir-butir halus lempung tersebut. Hal ini menyebabkan terjdainya aliran permukaan dan erosi yang lebih intensif. Tetapi, bila tanah tersebut padat, dan tidak mudah terdispersi, maka infiltrasi mungkin masih besar, sehingga aliran permukaan dan erosi tidak begitu besar.
2. Struktur
Struktur tanah adalah susunan butir-butir tanah. Tanah garanuler yang tidak padat atau longgar akan mengalirkan air lebih besar dari pada pasir yang padat .
3. Bahan organik
Bahan organic yang terdiri dari daun-daunan, ranting dan sebagainya, yang belum hancur dan menutup permukaan tanah, merupakan pelindung tanah yang baik terhadap erosi, karena menghambat kerusakaan sususnan tanah oleh hantaman air hujan. Bahan organic ini, menghambat laju aliran air permukaan. Bahan organic yang telah mengalami pelapukan, mempunyai kemampuan menyerap dan menahan air yang tinggi. Pengaruh bahan organi pada aliran permukaan, terutama, memperlambat kecepatan aliran permukaan dan meningkatkan infiltrasi.
4. Kedalaman
Terkait dengan kepekaan terhadap erosi, tanah-tanah yang dalam (tebal) dan mudah meloloskan air merupakan tanah yang kurang peka terhadap erosi. Sebaliknya, tanah yang mudah meloloskan air dan dangkal (tipis) merupakan tanah yang peka terhadap erosi. Ketebalan tanah sampai mencapai lapisan kedap air, menentukan banyaknya air yang dapat diserap oleh tanah, dengan demikian mempengaruhi besarnya aliran permukaan.
5. Sifat lapisan bawah
Sifat lapisan bawah yang mempengaruhi erosi tanah adalah permeabilitas tanah yang berada dibagian bawah tersebut. Tanah yang lapisan bawahnya berupa tanah granuler, biasanya kurang peka terhadap erosi dibandingkan dengan tanah yang lapisan dibawahnya berpermeabilitas rendah.
6. Tingkat kesuburan tanah
Perbaikan kesuburan tanah memperbaiki pertumbuhan tanaman. Jika pertumbuhan tnaman baik, maka tanaman akan memperbaiki penutupan tanah pula, dan lebih banyak sisia tanaman yang kembali lagi ke tanah setelah panen. Umunya, jumlah bahan organic dari system akar-akaran sebanding dengan peartumbuhan bagian taanaman yang berada di atas permukaan tanah.

G. Pengaruh Yang Ditimbulkan Oleh Erosi
Dampak erosi dibagi menjadi dampak ditempat asal terjadinya erosi (on site) dan dampak pada daerah diluarnya (off site).
1. Dampak erosi tanah di tapak (on-site) merupakan dampak yang dapat terlihat langsung kepada pengelola lahan yaitu berupa penurunan produktifitas. Hal ini berdampak pada kehilangan produksi peningkatan penggunaan pupuk dan kehilangan lapisan olah tanah yang akhirnya menimbulkan terjadinya tanah kritis.
Pengaruh erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya penghanyutan partikel-partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil tanah. Sedangkan pengaruh pada kesuburan kimia tanah menurut Goeswono Soepardi dalam bukunya “Sifat dan Ciri Tanah” adalah kehilangan unsur hara karena erosi selama rata-rata 2 tahun yang diperoleh dari percobaan di Missouri yaitu N 66 kg per hektar, kemudian P2O5 41 kg per hektar,K2O 729 kg per hektar, MgO 145 per kg per hektar,dan SO4 sebanyak 42 kg per hektar per tahun.
Tanah yang dikatakan rusak kalau lapisan bagian atasnya atau top soil (ketebalan 15 - 35 cm) memang telah banyak terkikis dan atau dihanyutkan oleh arus air hujan, sehingga lapisan tersebut menjadi tipis atau bahkan hilang (A.G Kartasapoetra,1986:45).
2. Dampak erosi tanah diluar lahan pertanian (off-site) merupakan dampak sangt besar pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang terbawa bersama sedimen menimbulkan kerugian dan biaya yang sangat besar dalam kehidupan. Arsyad (1989) mengemukakan bentuk dampak off-site antara lain:
- Pelumpuran dan pendangkalan waduk
- Tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan
- Memburuknya kualitas air, dan
- Kerugian ekosistem perairan

H. Upaya Mengurangi Erosi
Seperti pada bagian sebelumnya, bahwa erosi tidak dapat begitu saja dihilangkan namun dapat dikurangi dengan daya manusia. Walaupun sebenarnya faktor yang sangat berpengaruh dalam mempercepat laju erosi adalah manusia, namun tidak berarti bahwa manusia tidak bias berbuat apa-apa dalam mengurangi terjadinya erosi. Setiap orang pasti akan mampu berupaya seperti itu, tinggal kesadaran masing-masing yang harus ada mengenai permasalahan tersebut. Upaya yang dapat dilakukan ialah: Pertama, kita sebagai manusia harus sadar akan permasalahan erosi dan dampak yang akan timbul dan menyerang kita sendiri. Kedua, jangan merusak ekosistem hutan karena hutan adalah tempat yang sangat berpengaruh dalam terjadinya erosi disekitarnya. Jika menebangi pohon di hutan segera diganti dengan pohon baru. Ketiga, lakukan pengolahan tanah pertanian secara bijak dengan cara membuat sengkedan-sengkedan ataupun terasering untuk menahan laju erosi agar tidak terlalu besar. Keempat, menghijaukan kembali (reboisasi) dan konservasi hutan-hutan yang telah gundul akibat keserakahan manusia.
Rhett A Butler mengemukakan bahwa akar-akar dari pepohonan dan vegetasi hujan membantu menahan tanah. Saat pepohonan ditebangi, tak akan ada lagi penahan penahan apapun yang melindungi tanah dan tanahpun akan cepat terbawa hanyut oleh air hujan. Oleh sebab itu alangkah baiknya mulai dari sekarang kita pikirkan dampak erosi yang yang telah menimpa kita saat ini dan jangan sampai lagi terulang dimasa yang akan dating. Dengan menyadari hal tersebut kita juga harus segera berupaya untuk melakukan kegiatan yang dapat mengurangi terjadinya erosi.

Konservasi Tanah

Menurut Sitanala Arsyad (1989), Konservasi Tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sedangkan konservasi Air menurut Deptan (2006) adalah upaya penyimpanan air secara maksimal pada musim penghujan dan pemanfaatannya secara efisien pada musim kemarau.
Konservasi tanah dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu :
1. Metode Vegetatif
Adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa–sisanya untuk mengurangi jumlah dan berikut bentuk-bentuk Metode Vegetasi :
a. Reboisasi adalah menanami kembali hutan yang gundul
b. Countour strip cropping adalah bercocok tanam dengan beberapa jenis tanaman semusim dalam strip – strip yang berselang – seling menurut garis kontur
c. Croups rotation adalah usaha penanaman jenis tanaman secara bergantian dalam suatu lahan

2. Metode Mekanik
Adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, serta meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Berikut bentuk–bentuk metode mekanik:
a. Countour plowing adalah membajak searah garis kontur, sehingga terjadilah alur–alur horisontal.
b. Guliudan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang searah garis kontur atau memotong lereng untuk menahan erosi
c. Terassering adalah menanam tanaman dengan sistem berteras–teras di daerah lereng.
Perbaikan drainase dan irigasi.

3. Metode Kimia
Metode kimia Adalah dengan menggunakan preparat kimia sintetis atau alami. Preparat ini disebut Soil Conditioner atau pemantap struktur tanah. Sesuai dengan namanya Soil Conditioner ini digunakan untuk membentuk struktur tanah yang stabil. Senyawa yang terbentuk akan menyebabkan tanah menjadi stabil .

Kondisi Tanah Daerah Aliran Sungai

A. Faktor-faktor pembentukan tanah
Proses pembentukan tanah di Daerah Aliran Sungai Babon dicerminkan oleh pengaruh faktor-faktor iklim, topografi, bahan induk, organisme, dan waktu, sehingga karakter tanah dipengaruhi oleh interaksi kelima faktor tersebut.
Pengaruh faktor iklim ditandai oleh curah hujan tahunan rata-rata relatif tinggi, yakni 2.202 mm (Semarang) dan 2.770 mm (Ungaran). Tipe iklim daerah ini tergolong agak basah hingga basah (Schmidt dan Ferguson), dengan demikian dapat dikategorikan ke dalam regin lengas tanah udik.
Topografi daerah ini bervariasi, yakni datar, berombak, bergelombang, berbukit dan bergunung. Wilayah datar menempati lereng bawah di bagian utara, wilayah berombak dan bergelombang terletak pada bagian lereng tengah, dan wilayah berbukit dan bergunung meliputi lereng atas di lokasi bagian selatan.
Bahan induk pembentuk tanah di wilayah lereng bawah berupa batuan sedimen resen yang tersusun dari lempung, lanau dan pasir yang tidak padu. Di wilayah lereng tengah dan lereng atas batuan induk penghasil bahan induk tanah berupa batuan beku dan batuan sedimen sub-resen terdiri dari andesit, yakni sebagai breksi andesit harblende augit.
Pembentukan tanah di lahan bawahan pada beberapa bagian terjadi dalam lingkungan basah (jenuh air). Oleh karena selalu jenuh air, maka proses reduksi dan oksidasi menjadi dominan, sehingga menyebabkan tanah-tanah berwarna kelabu, sedang di bagian wilayah peralihan fluktuasi muka air tanah menyebabkan proses reduksi dan oksidasi berlangsung secara bergantian yang dicirikan dengan adanya karatan (mottcing) berwarna kuning hingga merah.
Pada lahan atasan, terutama di wilayah topografi berbukit dan bergunung tingkat perkembangan tanah bervariasi dari lemah hingga kuat, akibatnya solum tanah juga bervariasi mulai dari sangat dangkal (<> 120 cm)

B. Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah di daerah ini disusun berdasarkan pada data sekunder dan pengamatan serta pengukuran di lapangan melalui profil tanah, pemboran tanah, pengamatan kondisi lingkungan, yang dilengkapi data hasil analisis laboratorium dari contoh tanah pewakil.
Pengamatan dan pengukuran mencakup sifat fisik tanah, yakni : warna, tekstur, struktur, konsistensi, drainase, bahan induk, dan lain-lain; sifat kimia tanah, yakni : pH, kadar bahan organik, kadar kapur, N-Total, P tersedia, K tersedia, kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa, kejenuhan Al, dan lain-lain.
Penamaan tanah dibuat berpedoman pada kategori macam tanah (PUSLITTANAK), Soil Taxonomy (USDA, 2000) pada kategori sub-group (jenis khusus), dan FAO-UNESCO (1998) pada kategori sub unit.
Berdasarkan terminologi tersebut tanah-tanah di daerah ini terdiri dari lima jenis tanah yakni Alluvial, Kambisol, Regosol, Latosal, dan Litosal.

C. Erosi Tanah
Perkembangan bentuk-bentuk erosi tanah, seperti erosi lembar (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion) di masa mendatang sangat tergantung pada tingkat bahaya erosi tanah. Di samping itu, perencanaan konservasi tanah memerlukan data tentang tingkat bahaya erosi tanah.
Bahaya erosi tanah adalah keadaan yang memungkinkan bahwa erosi tanah akan segera terjadi dalam waktu yang relatif dekat, atau dalam hal apabila erosi tanah telah terjadi di suatu daerah, maka bahaya erosi tanah adalah tingkat erosi tanah yang akan terjadi di masa mendatang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi tanah adalah iklim, topografi tanah, vegetasi, dan tindakan manusia terhadap lahan. Faktor-faktor erosi tanah yang sifatnya relatif permanen, yakni iklim, topografi, dan tanah menentukan besar erosi potensial dan apabila faktor-faktor tersebut ditambah dua faktor lainnya yakni vegetasi dan tindakan manusia terhadap lahan menentukan bahaya erosi aktual.
Bentuk-bentuk erosi di daerah survei terutama erosi lembar dan erosi alur pada wilayah lereng tengah, sedang pada lereng atas dijumpai bentuk erosi parit.
TBE (Tingkat Bahaya Erosi) adalah perkiraan jumlah tanah yang hilang maksimum yang akan terjadi pada suatu lahan, bila pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi tanah tidak mengalami perubahan.
Penentuan TBE pada setiap unit lahan didasarkan pada perkiraan jumlah tanah hilang maksimum (A) dan tebal solum dari unit lahan yang bersangkutan.
Mengingat bahwa dalam menentukan TBE diperlukan data laju erosi dan data tebal solum pada setiap bentuk lahan, maka dilakukan pengamatan di lapangan terhadap tanah, topografi, penggunaan lahan, jenis tanaman dan pola tanam serta tindakan konservasi tanah yang diterapkan.
Konservasi sumber daya lahan atau konservasi tanah ialah upaya manusia untuk mempertahankan, meningkatkan, mengembalikan atau merehabilitasi daya guna lahan (tanah) sesuai dengan peruntukkannya.
Dalam pelaksanaan usaha konservasi tanah perlu mempertimbangkan hal-hal berikut : bentuk-bentuk kerusakan tanah, kemampuan lahan, tata guna lahan yang rasional, daya guna atau produktivitas lahan yang optimal dan latar belakang sosial ekonomi penduduk.
Teknik konservasi tanah dibedakan menjadi tiga, yaitu cara vegetatif, cara kimia dan cara mekanik. Di daerah survei teknik konservasi tanah yang dijumpai adalah cara vegetatif dan cara mekanik yang keduanya pada umumnya tidak memperhatikan tingkat erosi dan kemampuan lahan.

Konservasi Tanah dan Air di Lahan Kering

Tanah menurut pengertian sehari-hari ialah tempat berpijak makhluk hidup didarat, fondasi tempat tinggal, dan sebagainya. Secara ilmiah, tanah merupakan media tempat tumbuh tanaman.
Menurut Simmonson (1957), tanah adalah permukaan lahan yang kontiniu menutupi kerak bumi kecuali di tempat-tempat berlereng terjal, puncak-puncak pegunungan, daerah salju abadi.
Sedangkan menurut Soil Survey Staff (1973), tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusun-penyusunnya, yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman.
Berdasarkan data yang dibuat oleh puslitbangtanak pada tahun 2002, potensi lahan kering di Indonesia sekitar 75.133.840 ha. Suatu keadaan lahan yang sangat luas. Akan tetapi lahan2 kering tersebut tidak begitu menghasilkan dan berguna bagi masyarakat yang tinggal di sekitar area lahan kering. Hal ini disebabkan oleh masih kurangnya teknologi pengelolaan lahan kering sehingga sering mengakibatkan makin kritisnya lahan2 kering.
Erosi, kekurangan air dan kahat unsur hara adalah masalah yg paling serius di daerah lahan kering. Paket2 teknologi untuk mananggulangi masalah2 tersebut juga dah banyak, akan tetapi kurang optimal di manfaatkan karena tidak begitu signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan petani daerah lahan kering. Memang perlu kesabaran dalam pengelolaan daerah lahan kering, karena meningkatkan produktivitas lahan di daerah lahan kering yang kondisi lahannya sebagian besar kritis dan potensial kritis tidaklah mudah.
Konservasi tanah dan air merupakan cara konvensional yang cukup mampu menanggulangi masalah diatas. Dengan menerapkan sisitem konservasi tanah dan air diharapkan bisa menanggulangi erosi, menyediakan air dan meningkatkan kandungan hara dalam tanah serta menjadikan lahan tidak kritis lagi. Ada 3 metode dalam dalam melakukan konservasi tanah dan air yaitu metode fisik dengan pegolahan tanahnya, metode vegetatif dengan memanfaatkan vegetasi dan tanaman untuk mengurangi erosi dan penyediaan air serta metode kimia yaitu memanfaatkan bahan2 kimia untuk mengaawetkan tanah.
Menurut Sitanala Arsyad (1989), Konservasi Tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sedangkan konservasi Air menurut Deptan (2006) adalah upaya penyimpanan air secara maksimal pada musim penghujan dan pemanfaatannya secara efisien pada musim kemarau. Konservasi tanah dan konservasi air selalu berjalan beriringan dimana saat melakukan tindakan konservasi tanah juga di lakukan tindakan konservasi air.
Dengan dilakukan konservasi tanah dan air di lahan kering diharapkan mampu mengurangi laju erosi dan menyediakan air sepanjang tahun yang akhirnya mampu meningkatkan produktivitasnya. Tanah2 di daerah lahan kering sangat rentan terhadap erosi. Daerah lahan kering biasanya mempunyai curah hujan yg rendah dan intensitas yg rendah pula, dengan kondisi seperti itu menyebabkan susahnya tanaman2 tumbuh dan berkembang, padahal tanaman merupakan media penghambat agar butiran hujan tidak berbentur langsung dengan tanah. Benturan seperti inilah yang menyebabkan tanah mudah terurai sehingga gampang di bawa oleh aliran air permukaan dan akhirnya terjadi erosi. Pemanfaatan vegetasi pada system konservasi tanah dan air selain sebagai penghambat benturan juga berguna sebagai penghambat aliran permukaan, memperbaiki tekstur tanah dan meningkatkan kadar air tanah.
Penggabungan metode vegetatif dan fisik dalam satu teknologi diharapkan mampu mengefisienkan waktu dan biaya yg dibutuhkan. Misalkan penanaman tanaman pada sebuah guludan ato penanaman tanaman di sekitar rorak. Dan langkah terakhir yg di harapkan adalah penanaman tanaman yg bernilai ekonomis tinggi seperti jambu mete.

Rabu, 12 November 2008

Konservasi Sumber Daya Alam Indonesia

Ditinjau dari bahasa, konservasi berasal dari kata conservation, dengan pokok kata to conserve (Bhs inggris) yang artinya menjaga agar bermanfaat, tidak punah/lenyap atau merugikan. Sedangkan sumber dalam alam sendiri merupakan salah satu unsur dari liungkungan hidup yang terdiri dari sumber daya alam hayati dan sumber daya alam non hayati, serta seluruh gejala keunikan alam, semua ini merupakan unsur pembentuk lingkungan hidup yang kehadirannya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Dari sedikit uraian tersebut diatas, maka konservasi sumber daya alam dapat diartikan sebagai pengelolaan sumber daya alam yang dapat menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan pertsediaannyadengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragamannya.
Menurut kemungkinan pemulihannya, kita mengenal 2 (dua) macam sumber daya alam, yaitu :
1. Renevable, sumber daya alam yang dapat dipulihkan/ diperbaharui, yaitu sumber daya alam yang dapat dipakai kembali setelah diadakan beberapa proses.
Contoh : air, pohon, hewan dll
2. Anrenevable, yaitu sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui/ dipulihkan apabila dipakai terus menerus akan habis dan tidaka dapat diperbarui.
Contoh : minyak bumi, batubara, Emas dll.
Pengertian konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya dapat mengandung tiga aspek,
yaitu :
1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan
2. Pengawetan dan pemeliharaan keanekaragaman, jenis baik flora dan fauna beserta ekosistemnya.
3. Pemanfaatan secara lestari bagi terjaminnya sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Kendala / permasalahan dan upaya penanggulangannya dalam konservasi lingkungan. Dalam melaksanakan pembangunan konservasi sumber daya alam, dan ekosistemnya masih ditemui kendala pada umumnya diakibatkan oleh :
1. Tekanan penduduk
Jumlah penduduk Indonesia yang padat sehingga kebutuhan akan sumber daya alam meningkat.
2. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran ekologis dari masyarakat masih rendah, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah dan pendapatan yang belum memadai. Sebagai contoh beberapa kawasan konservasi yang telah ditetapkan banyak mengalami kerusakan akibat perladangan liar / berpindah-pindah.
3. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi yang cukup pesat akan menyerap kekayaan (eksploitasi sumber daya alam) dan kurangnya aparat pengawasan serta terbatasnya sarana prasarana.
4. Peraturan dan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan yang ada saat ini belum cukup mendukung pembentukan kawasan konservasi khususnya laut (perairan).
Agar usaha pembangunan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup di Indonesia dapat mencapai harapan yang telah ditetapkan secara garis besar perlu ditempuh upaya sebagai berikut :
1. Intensifikasi pengelolaan kawasan konservasi
2. Peningkatan dan perluasan kawasan konservasi sehingga mewakili tipe-tipe ekosistem yang ada.
3. Recruitment dan peningkatan ketrampilan personel melalui pendidikan dan latihan.
4. Peningkatan sarana dan prasarana yang memadai.
5. Peningkatan kerjasama dengan isntansi lain didalam dan luar negeri.
6. Penyempurnaan peraturan perundang-undanagn dibidang konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup.
7. Peningkatan pengamanan dan pengawasan terhadap kawasan konservasi (dengan pemberian pal-pal batas) peradaran flora dan fauna.
8. Memasyarakatkan konservasi ke seluruh lapisan masyarakat sehingga dapat berperan serta dalam upaya konservasi sumber daya alam dan lingkungan
Kawasan konservasi adalah merupakan salah satu sumber kehidupan yang dapat meningkatkan kesejahtreraan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu usaha-usaha konservasi di Indonesia haruslah tetap memegang peranan penting dimasa yang akan datang, suatu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa usaha konservasi sumber daya alam tersebut harus dapat terlihat memberikan keuntungan kepada masyarakat luas, hal ini penting untuk mendapat dukungan dan partisipasi seluruh lapisan masyarakat.
Definisi-definisi
1. Sumber Daya Alam Hayati adalah unsur-unsur hayati dialam yang terdiri dari sumber alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama unsur non hayati disekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.
2. Konservasi sumber daya alam hayati, adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjaga kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
3. Ekosistem sumber daya alam hayati, adalah sistem hubungan timbal balik antara unsur dalam alam baik hayati maupun non hayati yang saling ketergantungan dan pengaruh mempengaruhi.
4. Kawasan suaka alam, adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik didarat dan diperairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan.
5. Kawasan pelestarian alam, adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik didarat maupun diperairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatannya secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
6. Kader konservasi dan pecinta alam, adalah seseorang atau sekelompk orang yang telah terdidik atau ditetapkan oleh isntansi pemerintah atau lembaga non pemerintah yang secara sukarela sebagai penerus upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, bersedia serta mampu menyampaikan pesan-pesan konservasi kepada masyarakat.
7. Cagar alam, adalah hutan suaka alam yang berhubungan dengan keadaan alam yang khas termasuk alam hewani dan alam nabati yang perlu dilindungi untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Erosi

Ilmu tanah adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk tanah. Tanah adalah lapisan yang menyeliputi bumi antara litosfer (batuan yang membentuk kerak bumi) and atmosfer. Tanah adalah tempat tumbuhnya tanaman dan mendukung hewan dan manusia.

Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan tanaman dan organisme, membentuk tubuh unik yang menyelaputi lapisan batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon. Setiap horizon dapat menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.

Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swis yang bekerja di Amerika Serikat, dalam bukunya Factors of Soil Formation (1941) mengajukan konsep pembentukan tanah sebagai:

S = f(cl, o, r, p, t).

S adalah Soil (Tanah), cl = climate (iklim), o = organism, r = relief (topografi), p = parent material (bahan induk atau batuan), t = time (waktu).


Erosi adalah peristiwa pengikisan tanah oleh angin, air atau es. Erosi dapat terjadi karena sebab alami atau disebabkan oleh aktivitas manusia. Penyebab alami erosi antara lain adalah karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup dan kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan tanah dangkal. Erosi yang disebabkan oleh aktivitas manusia umumnya disebabkan oleh adanya penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan.

Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan mempengaruhi kelancaran jalur pelayaran.